Cakalele merupakan tarian tradisional khas Maluku. Tari Cakalele dimainkan oleh sekitar 30 laki-laki dan perempuan. Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sedangkan penari perempuan mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di kedua tangannya.
Dalam tarian Cakalele ini, para penari melakukan tarian yang diiringi dengan musik tifa, suling, musik beduk (tambur) dan kerang besar(bia) yang ditiup. Tari Cakalele disebut juga dengan tari kebesaran, karena digunakan untuk penyambutan para tamu agung seperti tokoh agama dan pejabat pemerintah yang berkunjung ke bumi Maluku.
a. Pakaian berwarna merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.
b. Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus dipertahankan hingga titik darah penghabisan.
c. Tameng (salawaku) dan teriakan lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada
2. Tari Lenso
Tari
Lenso adalah tarian muda-mudi dari daerah Maluku dan Minahasa Sulawesi
Utara. Tarian ini biasanya di bawakan secara ramai-ramai bila ada Pesta.
Baik Pesta Pernikahan, Panen Cengkeh, Tahun Baru dan kegiatan lainnya.
Beberapa sumber menyebutkan, tari lenso berasal dari tanah Maluku.
Sedangkan sumber lain menyebut tari ini berasal dari Minahasa.
Tarian
ini juga sekaligus ajang Pencarian jodoh bagi mereka yang masih bujang,
dimana ketika lenso atau selendang diterima merupakan tanda cinta
diterima. Lenso artinya Saputangan. Istilah Lenso, hanya dipakai oleh
masyarakat di daerah Sulawesi Utara dan daerah lain di Indonesia Timur.
Dalam tarian ini, yang menjadi perantara adalah lenso atau selendang. Selendang inilah yang menjadi isyarat: selendang dibuang berarti lamaran ditolak, sedangkan selendang diterima berarti persetujuan.
Tarian
ini adalah suatu tarian pergaulan masyarakat Maluku yang biasanya
digelarkan pada acara acara negeri / desa berkaitan dengan
upacara-upacara pelantikan Raja / Kepala Desa, atau pada acara-acara
ramah tamah masyarakat negeri/desa dengan tamu kehormatan yang hadir di
negeri/desa-nya.Dari pendekatan sejarah, tarian ini merupakan suatu
AKULTURASI dari budaya Eropa (Portugis dan Belanda) dengan budaya
Maluku.
Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses BILINGUALISME.Dalam perkembangannya tarian ini kemudian menjadi tarian rakyat yang hampir setiap saat digelarkan pada acara-acara pesta rakyat, baik yang dilaksanakan pada saat hajatan keluarga, maupun negeri/desa, yang menggambarkan suasana suka cita, kegembiraan seluruh masyarakat.Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang.
Maluku memiliki tarian adat yang masih eksis hingga sekarang, yakni Bambu Gila. Para penari yang memeluk bambu akan bertingkah seperti gila karena bambu berguncang tak menentu arah setelah dibacakan mantra oleh pawang.
Indonesia dikenal dengan beragam budayanya, salah satunya adalah tari-tarian. Setiap tempat di Indonesia memiliki tarian unik dan khas yang sudah dilestarikan secara turun temurun.
Bagi pecinta wisata budaya, Tanah Maluku juga terdapat tari-tarian adat yang masih eksis hingga sekarang. Salah satunya adalah Tari Bambu Gila. Tari Bambu Gila sudah ada sejak Islam belum masuk ke Kepulauan Maluku.
Untuk memulai pertunjukkan Tari Bambu Gila, sang pawang akan membakar kemenyan di dalam tempurung sambil membaca mantra. Kemudian asap kemenyan akan ditiup ke dalam batang bambu yang digunakan.Ketika pawang membaca mantra berulang-ulang, ia lantas berteriak "Gila, gila, gila!" Atraksi bambu gila pun dimulai.Alunan musik dimulai ketika tujuh pria yang memeluk bambu merasakan guncangan. Para pria yang memeluk bambu mulai mengeluarkan kekuatan mereka untuk mengendalikan guncangan bambu. Mereka akan seolah dibuat gila oleh bambu yang berguncang dengan arah yang tak menentu.
Akhir pertunjukkan bambu gila tergantung pada sang pawang, selaku pengendali bambu.
Tari
ini bernama tari orlapei. Tarian ini adalah tarian penyambutan para
tamu kehormatan pada acara-acara negeri atau desa di Maluku. Tarian yang
tampak memesona ini menggambarkan suasana hati yang gembira dari
seluruh masyarakat atas kedatangan tamu kehormatan di negeri atau
desanya. Selain itu, tarian yang diiringi alat musik tradisional rakyat
Maluku, yakni tifa, suling bambu, ukulele dan gitar, menjadi ungkapan
selamat datang.
Kombinasi
pola lantai, gerak, ritme musik, memperkuat ungkapan betapa seluruh
masyarakat setempat merasa senang dengan hadirnya tamu kehormatan.
Tarian yang dimainkan begitu serasi, energik, dan dinamis, memancarkan
aura persahabatan, perdamaian, dan kebersamaan. Jadi, melihat tarian
mereka adalah juga menengok jiwa mereka yang tulus.
Dalam tarian ini, yang menjadi perantara adalah lenso atau selendang. Selendang inilah yang menjadi isyarat: selendang dibuang berarti lamaran ditolak, sedangkan selendang diterima berarti persetujuan.
3. Tari Katreji
Hal ini lebih nampak pada setiap aba-aba dalam perubahan pola lantai dan gerak yang masih menggunakan bahasa Portugis dan Belanda sebagai suatu proses BILINGUALISME.Dalam perkembangannya tarian ini kemudian menjadi tarian rakyat yang hampir setiap saat digelarkan pada acara-acara pesta rakyat, baik yang dilaksanakan pada saat hajatan keluarga, maupun negeri/desa, yang menggambarkan suasana suka cita, kegembiraan seluruh masyarakat.Tarian ini diiringi alat musik biola, suling bambu, ukulele, karakas, guitar, tifa dan bas gitar, dengan pola rithm musik barat (Eropa) yang lebih menonjol. Tarian ini masih tetap hidup dan digemari oleh masyarakat Maluku sampai sekarang.
4. Tari Bambu Gila
Maluku memiliki tarian adat yang masih eksis hingga sekarang, yakni Bambu Gila. Para penari yang memeluk bambu akan bertingkah seperti gila karena bambu berguncang tak menentu arah setelah dibacakan mantra oleh pawang.
Indonesia dikenal dengan beragam budayanya, salah satunya adalah tari-tarian. Setiap tempat di Indonesia memiliki tarian unik dan khas yang sudah dilestarikan secara turun temurun.
Bagi pecinta wisata budaya, Tanah Maluku juga terdapat tari-tarian adat yang masih eksis hingga sekarang. Salah satunya adalah Tari Bambu Gila. Tari Bambu Gila sudah ada sejak Islam belum masuk ke Kepulauan Maluku.
Untuk memulai pertunjukkan Tari Bambu Gila, sang pawang akan membakar kemenyan di dalam tempurung sambil membaca mantra. Kemudian asap kemenyan akan ditiup ke dalam batang bambu yang digunakan.Ketika pawang membaca mantra berulang-ulang, ia lantas berteriak "Gila, gila, gila!" Atraksi bambu gila pun dimulai.Alunan musik dimulai ketika tujuh pria yang memeluk bambu merasakan guncangan. Para pria yang memeluk bambu mulai mengeluarkan kekuatan mereka untuk mengendalikan guncangan bambu. Mereka akan seolah dibuat gila oleh bambu yang berguncang dengan arah yang tak menentu.
Akhir pertunjukkan bambu gila tergantung pada sang pawang, selaku pengendali bambu.
5. Tari Orlapei
Mohon izin referensi untuk pengerjaan tugas SMP
BalasHapus